Foto: Basri Marzuki/Antara Foto
Kenaikan harga BBM juga turut memberi dampak pada nelayan. Ini karena nelayan menggunakan BBM subsidi jenis Solar yang naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 untuk melaut.
Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) merilis hasil survei terkait Suara Nelayan Indonesia. Hasil survei ini mencatat persoalan nelayan termasuk dampak kenaikan harga BBM.
Survei dilakukan pada 14-20 Agustus 2022 saat isu kenaikan BBM mulai mencuat. Dengan jumlah responden sebanyak 1.200 dan margin of error 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut Direktur Eksekutif ASI Ali Rifan, aktivitas melaut terutama membutuhkan bahan bakar jenis Solar. "Nelayan membutuhkan Solar yang sudah mengalami kenaikan harga," ujarnya.
Khusus mengenai subsidi nelayan, 53 persen responden tidak yakin bantuan tersebut akan sampai dan memenuhi kuota nelayan yang membutuhkan.
Adapun 24,4 persen mengaku yakin, serta 22,6 persen tidak menjawab.
"Melihat data ini ada aspirasi atau keluhan nelayan bahwa soal subsidi selama ini belum memenuhi kuota bahkan tidak tepat sasaran," pungkas Ali.
Persoalan lain adalah seretnya pasokan BBM di daerah. Ketua Pelaksana Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan mengungkapkan, dari data KNTI per 4 September 2022, untuk Kabupaten Tanjung Balai Sumatera Utara pasokan Solar dan Pertalite masih kekurangan.
Kejadian serupa juga ditemukan di Provinsi Jawa Tengah yakni di Ujung Batu Kabupaten Jepara, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Rembang.
Kurangnya pasokan Solar dan Pertalite ini juga ditemukan di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Di Tuban, selain pasokan yang kurang, pembelian Solar dan Pertalite juga dibatasi. Bahkan, di Kabupaten Lombok Timur, NTB pasokan Solar dan Pertalite tidak tersedia.
Di tengah kenaikan harga BBM ini, para nelayan kecil berharap pemerintah bisa memastikan subsidi tepat sasaran dan cukup untuk menjangkau semua nelayan.
Sumber: kumparan.
Comments