Founder Pandu Laut Nusantara Susi Pudjiastuti menghadiri Sailors for the Sea Charity Reception yang dihadiri oleh 350 orang dari kalangan swasta, politisi, dan pakar dari seluruh dunia Senin (5/11/2019) di Yokohama Grand InterContinental Hotel. Dalam acara tersebut, Susi diberikan kesempatan untuk menyampaikan keberhasilan Indonesia dalam memberantas IUU fishing dan penegakan hak untuk laut (Ocean Rights)
Susi menyampaikan situasi perikanan Indonesia sebelum dirinya menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019. Kala itu, Indonesia dipenuhi kapal ikan asing dan eks-asing yang mengeksploitasi sumber daya perikanan Indonesia. Namun semua itu berubah, ketika Susi menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Sejak tahun 2014, Pemerintah Indonesia melarang kapal ikan asing dan kapal ikan eks-asing menangkap ikan di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga melakukan penenggelaman kapal ikan pelaku IUU fishing, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia. “Waktu itu saya mengusulkan kepada Presiden untuk melaksanakan UU Perikanan kita untuk menenggelamkan kapal ikan pelaku IUU fishing, dan Presiden Jokowi menyetujui usulan itu”, kata Susi. Sampai dengan akhir masa jabatan Susi pada bulan Oktober 2019, sejak tahun 2014, Indonesia telah menenggelamkan 556 kapal ikan pelaku IUU fishing.
Susi juga menyampaikan kebijakan tersebut membuahkan hasil dengan melonjaknya stok ikan Indonesia, meningkatnya Nilai Tukar Nelayan, dan kontribusi PDB dari sektor perikanan pun meningkat.
Selain itu, Susi menyampaikan ajakan untuk lebih memperhatikan laut lepas yang merupakan tempat ikan berkembang biak dan bermigrasi. Saat ini laut lepas merupakan wilayah yang rawan IUU fishing dan tidak ada negara yang memiliki yurisdiksi untuk menegakkan hukum di laut lepas. Laut lepas juga merupakan wilayah yang rawan akan kejahatan terkait perikanan lintas negara atau transnational organized crime. Oleh karena itu, Susi mengajak dunia untuk mengakui kejahatan perikanan (fisheries crime) sebagai transnational organized crime. Sebagai informasi, saat ini telah ada 19 negara, termasuk Indonesia, yang telah menandatangani Deklarasi Internasional tentang Transnational Organized Crime in the Global Fishing Industry atau dikenal dengan Copenhagen Declaration. Deklarasi ini ditandatangani pada bulan Oktober 2018 di Copenhagen, Denmark.
Susi juga mengajak dunia untuk memberikan hak bagi laut untuk dilindungi. Pengakuan hak laut dalam peraturan perundang-undangan akan memberikan posisi yang kuat bagi laut, di mana negara diberikan kewajiban (duty of state) melindungi laut sebagaimana negara melindungi HAM.
Selain Susi, panel tersebut diisi oleh Fumiaki Kobayashi (anggota Parlemen Jepang) dan Yoshito Hori (pendiri GLOBIS University, Jepang). Resepsi ini juga dihadiri David Rockefeller Jr, Susan Rockefeller, Minako Iue (Sailors for the Sea), Debbie Remengesau (istri Presiden Republik Palau), Maria Damanaki (mantan Komisioner Uni Eropa untuk Maritim dan Perikanan), dan Yurike Koike (Gubernur Tokyo).
Hari kedua
Hari ini, Rabu (6/11/2019), Susi akan kembali menjadi pembicara dalam acara puncak yakni Leading Women for the Ocean Forum.
Acara Leading Women for the Ocean Forum akan dihadiri oleh 120 peserta yang berasal dari kalangan pakar, swasta, dan media dari seluruh dunia. Pada sesi ini, Susi akan mengisi Session I on Fisheries bersama Maria Damanaki (The Nature Conservancy dan mantan Komisioner UE untuk Maritim dan Perikanan), Teresa Ish (Walton Famility Foundation), dan Hiromi Sogo (Hearst Fujingaho, media).
Leading Women for the Ocean merupakan platform yang didirikan oleh Akie Abe, istri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Maria Damanaki, terdiri dari pimpinan perempuan di seluruh dunia yang memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan dan keberlanjutan laut. Leading Women for the Ocean bertujuan mengumpulkan pemimpin perempuan dari seluruh dunia untuk mendorong aksi yang konkret untuk menyehatkan laut.
Peran dan komitmen Susi menjaga sumber daya laut dan perikanan mendapat pengakuan luas dari domestik dan dunia internasional. Beberapa di antaranya, Globe Asia Magazine pada 2019 menobatkannya menjadi 99 Most Inspring Women in Indonesia. Di tingkat global, Foreign Policy Magazine tahun ini memilihnya sebagai Top 10 Global Thinkers under the category of Defense and Security. Susi juga mendapatkan penghargaan Peter Benchley Ocean Award (2017), Leader for Living Planet Award (WWF, 2016), dan The BBC 100 Women (2017).
Pandu Laut Nusantara
Suhana (081310858708)
Takwa (08112163559)
Comments