Laut Bintan yang biru berubah gelap. Ini disebabkan limbah minyak hitam yang dibuang kapal asing di perbatasan Selat Malaka.
Limbah tersebut hanyut dan diembus angin hingga mancapai pesisir Pulau Bintan. Pencemaran laut Bintan tersebut setidaknya sudah terjadi 10 tahun terakhir.
Pengelola objek desa wisata Pengudang Kabupaten Bintan, Iwan Winarto, menyebut limbah tersebut tak cuma mencemari pantai, tapi juga sampai menempel ke daun-daun mangrove hingga bebatuan pesisir.
Setidaknya, kata Iwan, sepanjang 200 meter bibir pantai dicemari oleh limbah berbahaya tersebut. Dan kejadian ini selalu berulang tiap tahunnya, terutama saat musim angin utara.
Pencemaran lingkungan laut ini tak bisa dianggap remeh. Selain merusak laut, limbah ini juga berdampak pada tangkapan nelayan. Belum lagi jeleknya destinasi wisata hingga membahayakan kelangsungan hidup biota laut.
Sejauh ini, meski lokasi tumpahan minyak kerap bisa dideteksi, kapal-kapal yang membuang limbah belum berhasil diciduk.
Demi mengatasi permasalahan ini, Peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) Jeremia Humolong Prasetya menilai pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum laut.
Indonesia juga mesti menggandeng negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura untuk mewujudkan perlindungan lingkungan laut yang lebih maksimal.
Sumber: Mongabay, Yogi Eka Sahputra.
Bình luáºn