top of page
Pandu Laut Nusantara

CURHAT NELAYAN DI JAWA DAN MALUKU MENGHADAPI CORONA



JAKARTA (Pandu Laut) – Dalam menghadapi wabah Corona, hampir semua sektor menjadi tumpul. Termasuk salah satunya harga penjualan perikanan tangkap yang turun signifikan. Pandu Laut pun mewawancarai nelayan di dua lokasi yang berbeda.


“Sejak wabah Corona masuk Indonesia, aktivitas nelayan tidak menjadi masalah, namun untuk harga jatuh signifikan, baik harga bawal, layur, lobster, udang dan lainnya semua itu turun hingga separuh harga. Misal bawal super yang dulunya RP 250ribu saat ini menjadi Rp 150ribu,” kata Punijo, Ketua Nelayan Pantai Kuwaru, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Punijo mengatakan kalau nelayan yang berdomisili di Kuwaru diharapkan belum ada yang terkena Corona. Namun masyarakat tetap waspada, kalau ada pendatang tetap dicurigai dan diwaspadai. Sedangkan bantuan dari pemerintah, Punijo mengaku belum tahu apa-apa, namun dia mengatakan hanya memiliki masker yang sehari-hari digunakan untuk mencari ikan.


Punjio berharap pemerintah memberikan perhatiannya, termasuk bagaimana mengelola harga yang anjlok atau memberikan subsidi supaya meski di tengah wabah Corona, nelayan tetap bisa hidup layak.


Hal lain diungkap juga oleh salah satu Perwakilan Nelayan Pesisir Kabupaten Seram Barat, Maluku, Ali Binjani. Menurutnya, penjualan ikan yang skala ekspor mengalami penurunan 20-30% dari biasanya.


“Sebagai perwakilan nelayan pesisir, saya memikirkan agar teman-teman nelayan lain bisa merdeka. Jadi pemerintah pusat membentuk tim untuk mengidentifikasi secara riil dari desa ke desa, seperti jumlah nelayan itu berapa banyak, kehidupan nelayan seperti apa dan realita di lapangan seperti apa, sampai pada peningkatan perekonomian per bulan seperti apa dan juga pemecahan masalahnya seperti apa. Jadi, apalah artinya kita sebagai negara maritim, sementara potensi yang selama ini tidak ada goresan tinta emas dari segi hasil yang kita angkat dari maritim tersebut,” ujar Ali.

Reporter: Bastian Saputra Pinang

Editor: Regina Safri

23 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page