Pemandangan tak sedap terlihat di muara Sungai Banjir Kanal Timur (BKT). Terlihat sampah menumpuk dan menutupi permukaan air, seperti lautan sampah.
Sampah tersebut menutupi kampung nelayan di RT 5, RW 16, Tambakrejo, Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Bambang Suranggono mengatakan, sampah yang berada di muara Sungai BKT itu berasal dari kawasan Semarang atas dan Kabupaten Semarang.
"Ini juga karena intensitas curah hujan tinggi," jelasnya.
Adapun sampah yang didominasi oleh plastik dan kayu itu berasal dari laut yang terbawa arus saat banjir rob, kemudian saat air surut, sampah menetap dan semakin menggunung.
"Kemarin itu kan ombak besar, kalau rob sampah itu ke sini, tapi waktunya rob balik sampahnya nggak ikut balik. Jadi itu bukan sampah warga," terang Ketua RT 5, RW 16, Edi Saktiono.
Sementara itu, Manager Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jateng Iqbal Alghofani mengatakan, penumpukan sampah di muara Sungai BKT memang terjadi setiap tahun.
"Kita sudah pernah menyampaikan ke DLH Kota Semarang juga," ujar Iqbal.
Selaras dengan itu, persoalan sampah sudah ada pada 2015 lalu di daerah ini, namun belum begitu banyak. Pada saat sungai dibendung dan dijadikan rumah hunian sementara dua tahun lalu, sampah semakin menumpuk.
"Waktu di situ masih ada rumah-rumah tidak kelihatan, waktu dibendung dijadikan pemukiman, baru kelihatan sampahnya," tegas Edi.
Mirisnya kondisi tersebut membuat kampungnya terlihat kumuh. Bahkan setiap kali gelombang tinggi, sampah terseret air masuk ke pemukiman warga.
"Walaupun sudah dibersihkan, tetap seperti itu," ujarnya.
Edi menambahkan, sampah itu sudah pernah dibersihkan berulangkali oleh sejumlah relawan dari mahasiswa, tetapi belum efektif.
"Misal pagi dibersihkan malamnya rob datang sampah lagi," keluhnya.
Bahkan ia mengakui, pihaknya sudah pernah berkoordinasi dengan angkatan laut untuk bersih-bersih sampah, namun sampah kembali datang dan menumpuk.
Selain itu, warga Tambakrejo Kharis menjelaskan, lokasi tumpukan sampah-sampah tersebut awalnya ditumbuhi pohon mangrove. Namun, saat ini sudah mulai hilang.
"Tahun 2012 area yang sekarang banyak sampah itu dipenuhi dengan mangrove tapi sekarang berangsur hilang," kenangnya.
Atas kejadian tersebut, sangat dibutuhkan solusi dari pemerintah agar pemukiman tersebut layak untuk dihuni kembali.
Sumber: radarsemarang.id, KOMPAS.com
Comments