JAKARTA (Pandu Laut) – Tak hanya berusaha menyesuaikan diri dengan segala keterbatasan, Ony selalu melihat apapun di sekitarnya dengan nilai-nilai yang positif.
“Sejak di rumah aja, saya jadi menghargai hal-hal kecil di sekitar. Aku tidak pernah tahu kalau dari atas rumahku, ternyata terdengar kicauan burung, lalu sunset dan angin sorenya bagus. Karena sore tidak pernah di rumah, jadi baru merasakan hal-hal kecil seperti itu,” kata istri gitaris “Slank”, Ridho Hafiedz, sekaligus Co-Founder of Pandu Laut Nusantara.
Ony akui segala keterbatasan di tengah pandemi memang diawal sempat buat syok, namun Ony tidak mau kreativitasnya terhambat, akhirnya ia menanamkan pola pikir bahwa ruang adalah dimensi, jika bisa didobrak, artinya kita bisa lakukan apa saja yang kita mau.
“Misalnya, ketika mikir untuk membuat konser #dirumahaja, itu banyak sekali kendala. Orang yang mau bantu banyak, kendala teknis juga banyak, tapi sebagai konseptor kita mau memberikan tontonan yang baik. Dengan berjalannya waktu ketemu juga konsep-konsep yang sesuai,” kata Ony.
Ony menambahkan bahwa awalnya ritme kerja yang tidak menentu, lalu harus #dirumahaja pasti stress.
“Tapi kuncinya adalah kamu mau beradaptasi atau mau mati, kalau aku memilih untuk beradaptasi,” katanya.
Beradaptasi artinya memikirkan kondisi saat ini bukanlah halangan, kondisi ini harus dihadapi. Ony berpikir bahwa ini bukanlah “a doom”. Ia mencontohkan, supaya belajar dari kecoa. Kecoa dari zaman purba itu sudah ada, tapi dia selalu beradaptasi makanya dia hidup.
“Biarkan bumi beristirahat dulu, dia berhak mencari caranya sendiri untuk balancing. Jadi, gue akan ikuti kondisi ini, kreativitas tetap jalan, aku tidak mau berpikir bahwa ini adalah halangan. Keterbatasan itu jangan dipikirkan, tapi bagaimana kita cari solusinya. Di kondisi seperti ini, we’re in this together, apapun yang bisa kita bikin, kita bikin untuk sesama. Jangan berpikir untuk menyelamatkan diri sendiri,” kata Ony.
Reporter: Bastian Saputra Pinang
Editor: Regina Safri
Comments