Badan Informasi Geospasial (BIG) menemukan gunung di bawah laut di perairan Pacitan, Jawa Timur.
Adapun catatan tentang gunung tersebut tidak ada di database Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologo Kementerian ESDM.
Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Oktory Prambada menegaskan, gunung bawah laut yang ditemukan BIG di Pacitan itu tidak ada dalam databasenya.
"Kami tampung dulu itu, karena di dalam database kami tidak ada. Karena itu benar-benar baru," tutur Oktory.
Oktory menyatakan, PVMBG juga belum bisa menentukan apakah gunung di bawah laut Pacitan itu aktif atau tidak.
"Karena tidak ada catatan, kami tidak bisa ngomong apakah gunung di Pacitan itu aktif atau tidak. Kami perlu lihat dulu barangnya untuk menentukan itu," katanya.
Atas penemuan itu, BIG telah melaporkan kepada Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
Aji berharap, temuan gunung bawah laut tersebut jadi kabar baik bagi daerah yang dipimpinnya. Lebih dari itu, keberadaannya dapat membawa keberkahan.
"Doa kita semua semoga temuan ini adalah kabar baik dan bukan menjadi suatu ancaman," katanya.
Kordinator Pemetaan Kelautan BIG, Fajar Triady Mugiarto mengatakan, gunung bawah laut itu berada sekitar 200 kilometer barat daya Pacitan dengan tinggi 2.300 meter dari dasar laut. Diameternya sekitar 10 kilometer dengan kedalaman 3-4 kilometer dari permukaan air.
Selain itu, BIG melakukan koordinasi teknis dengan sejumlah pihak terkait, yaitu pakar geologi, hidrografi, serta perwakilan Pemkab Pacitan dan Pemprov Jawa Timur.
Rapat ini juga dihadiri perwakilan dari Kementerian ESDM, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal).
"“Berdasarkan dokumen International Hydrographic Organization (IHO) B6, definisi gunung bawah laut adalah fitur atau objek yang memiliki elevasi atau ketinggian yang berbeda dengan sekelilingnya. Beda tinggi lebih besar dari 1.000 meter di atas relief sekitarnya dengan diukur dari batimetri terdalam yang mengelilingi sebagian besar fitur atau objek tersebut,” terang Fajar.
Berdasarkan definisi tersebut, seluruh pakar dan perwakilan yang hadir pada koordinasi teknis menyimpulkan bahwa objek yang didapat dari hasil survei Landas Kontinen Ekstensi (LKE) ini termasuk kategori gunung bawah laut. Baik dari sisi geologi maupun hidrografi. Seluruh data yang ada sesuai dengan dokumen IHO B6.
Fajar menyampaikan, pada Maret 2023, akan dilaksanakan penelaahan nama rupabumi tingkat pusat.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nama Rupabumi, pemberian nama dapat diberikan terhadap objek yang ada di darat dan laut.
"Diharapkan nama gunung apai ini nantinya dapat masuk ke dalam Gazeter RI. Bahkan, direncanakan nama gunung bawah laut ini akan di-submit ke ranah internasional di The GEBCO Sub-Committee on Undersea Feature Names (SCUFN)," kata Fajar.
Sumber: detik.com, Republika.co.id
Comments