Ketua Umum Pandu Laut Nusantara Susi Pudjiastuti angkat bicara soal fenomena sampah di Bali dalam sesi diskusi "Eco Festival Bali Beach Clean Up'. Acara tersebut diadakan oleh Pandu Laut Nusantara yang berkolaborasi dengan Yayasan Samudera Indonesia Peduli, Minggu (27/11/2022) lalu.
Persoalan sampah menjadi persoalan global yang masih sulit diatasi. Banyak dampak ke segala aspek yang masih menjadi pr bagi kita semua. Sampah-sampah tersebut berupa sampah plastik yang sulit terurai.
Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 itu mengatakan, sampah-sampah berasal dari masyarakat itu sendiri yang terbiasa membuang sampah ke sungai-sungai dan berakhir di pantai.
"Kebanyakan sampahnya itu datang dari daerah situ, lalu saat musim hujan balik ke laut. Sampah itu adalah dari sekeliling situ. Terbawa saluran air, seolah-olah sampah kiriman. Padahal 80 persen itu adalah sampah dari sekeliling." tutur Susi secara daring dalam sesi diskusi Pandu Laut Nusantara dengan Samudera Indonesia pada acara 'Eco Festival Bali Beach Clean Up' di Swan Louge, Pantai Keramas, Gianyar, Bali.
Adapun terkait fenomena sampah membuat Susi geram, karena laut Indonesia merupakan nomor dua terbesar di dunia. Indonesia memiliki potensi kemaritiman yang signifikan secara global.
Namun potensi tersebut terancam akibat maraknya sampah-sampah yang mencemari laut dan pantai. Imbasnya, mengancam kesehatan biota-biota laut yang tercemar sampah plastik.
Banyak kasus biota laut ditemukan mati terdampar. Saat diperiksa lebih lanjut, terdapat sampah-sampah plastik di dalam perut mereka. Selain itu, sampah plastik memiliki unsur kimia yang dapat membahayakan kesehatan, dan kita mengonsumsi biota-biota yang terdampak sampah atau limbah plastik tersebut.
Susi angkat bicara meminta pemerintah daerah untuk melakukan monitor secara rutin terhadap saluran pembuangan di kawasan pantai. Tidak hanya pemerintah, Susi juga mengimbau masyarakat agar memonitor kegiatan-kegiatan pencemaran lingkungan.
"Yang harus diperhatikan, perlunya ada monitoring, seperti satpam keliling. Mungkin ada hotel yang saluran pembuangannya ke laut. Kadang-kadang, ada truk sampah yang membuang sampah di jurang pinggir pantai. Perlu adanya monitor dari pemerintah. Jangan hanya berpikir itu sampah kiriman, karena nyatanya sebagian besar sampah itu datangnya dari kawasan sekitar," jelas Susi.
Demi menjaga pantai Bali, perlunya kesadaran masyarakat peduli lingkungan, karena Bali dikenal sebagai salah satu tempat wisata terpopuler di dunia. Oleh sebab itu, masyarakat seharusnya bertanggung jawab menjaga nama tersebut.
"Jangan sampai hotel diam-diam buang limbah ke laut," Ujar Susi.
Sementara itu, CEO Yayasan Samudera Indonesia Peduli Bani Maulana Mulia mengupayakan edukasi ke masyarakat, koorporasi, serta perusahaan-perusahaan yang beraktivitas di laut, agar menjaga kebersihan laut dan menciptakan Indonesia tanpa sampah.
"Jadi, yang paling penting, kami coba belajar dari Ibu Susi, apa yang dikasih contoh, sampai itu Samudera ingin sekali apa yang Ibu Susi bilang, nomor satu itu adalah edukasi. Jadi untuk masa depan, untuk masyarakat, untuk generasi muda, untuk anak-anak kita, untuk kita semua kedepan itu harus dulu mengerti paham apa pentingnya mempertahankan laut kita, kebersihan dan akan plastik dari Indonesia," jelas Bani.
Bani menambahkan, "jadi Samudera Green Movement ini salah satunya untuk mengedukasi banyak orang, mengedukasi korporasi, mengedukasi kami-kami yang bekerja di industri shipping, itu jangan cuma kerjanya aja, tapi bagaimana kita bisa menghasilkan manfaat dan bisa mendidik juga masyarakat banyak, keluarga kita, anak kita semua, istri kita tahu bahwa kita juga ikut mencoba membuat Indonesia lebih bersih, membuat Indonesia masa depannya lebih baik tanpa plastik," tambahnya.
Melalui sesi diskusi yang singkat tersebut diharapkan dapat mengedukasi masyarakat agar bersama-sama memelihara, menjaga, serta melestarikan alam, dan jangan sampai anak cucu kita ikut merasakan dampak yang luar biasa dari sampah tersebut.
Comments